MAKALAH PERMAINAN TRADISIONAL PECAH PIRING
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses belajar
yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang yang hidup. Proses belajar
itu terjadi karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkunganya.oleh
karena itu belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja.salah satu tanda
bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada
diri orang tersebutyang mungkin terjadi oleh perubahan pada
pengetahuan,keterampilan atau sikap. Apabila proses belajar itu di selenggarakan
secara formal di sekolah-sekolah. Tidak lai ini dimaksudkan untuk mengarahkan
perubahan pada diri siswa. Baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan maupun
sikap.selama proses belajar tersebut di pengaruhi oleh lingkungan yang antar alain yaitu:trdiri atas
muted, guru, dan staf sekolah lainnya.serta bahan maeri lainyaperkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi semakin mendorong pembaharuan dalam proses
pembelajaran
Keberhasilan sebuah pembelajaran
tidak hanya ditentukan oleh tingginya pendidikan seorang pendidik. Tersedianya
sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang
berhasilnya pembelajaran. Keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran dapat
diatasi dengan memanfaatkan yang ada di lingkungan sekitar. Permainan tradisional
daerah juga memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran
Pembelajaran di Sekolah diharapkan tidak hanya bersifat teoritik tetapi juga
dapat mengenalkan media pembelajaran dengan menggunakan permainan tradisonal,
karena dalam permaianan tradisional mempunyai nilai nilai pengetahuan yang
seharusnya dilestarikan oleh guru, sekalipun pada kenyataannya permainan
tradisional sedikit demi sedikit ditinggalkan, permainan.
B.
Rumusan Masalah
- Pengertian Permainan Pecah Piring
- Pola Permainan Pecah Piring
- Pengertian Permainan Tradisional
- Permainan Tradisional dan
Perkembangannya
- Jenis-jenis Permainan Tradisional
- Dampak Positif Dan Negatif
Permainan Tradisional
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Permainan Pecah Piring
Permainan pecah piring merupakan
permainan tradisional yang berasal suku batak Pakpak yang berasal dari
kabupaten Pakpak Barat dan kabupaten Dairi di provinsi Sumatera Utara.
Permainan tradisional ini mampu menambah kelincahan gerak tubuh, daya tahan
tubuh, kerjasama team, kontrol emosi, kesehatan tubuh dan memacu daya fikir.
Permainan pecah piring salah satu
jenis permainan sehari-hari orang batak, permainan ini merupakan permainan yang
sangat populer dikalangan orang batak, baik anak-anak, remaja, bahkan sampai
orang dewasa. Permainan pecah piring ini biasanya di mainkan oleh kalangan
anak-anak sebagai aktivitas mereka setelah pulang dari sekolah yang dimainkan
pada waktu sore hari. Dikalangan orang batak permainan pecah piring dijadikan
sebagai perlombaan rakyat bagi anak-anak pada festival nasional seperti pada
perayaan hari jadi Negara Kesatuan Repoblik Indonesia, ini ditujukan untuk
membangun semangat anak-anak dalam menjunjung tinggi persaudaraan diantara
perkampungan, uniknya tidak ada batasan umur untuk ikut serta dalam permainan
ini siapa yang mau dan berani boleh bermain.
Jika dianalisa dalam permainan pecah
piring terdapat unsur-unsur kebugaran jasmani seperti kecepatan, kelincahan,
daya tahan, akurasi, kelincahan, keseimbangan, koordinasi, kecepatan reaksi,
juga keentukan, sementara alat yang digunakan dalam permainan pecah piring
sangat sederhana yaitu dengan menggunakan bola yang dibuat dari kertas dengan
batu kecil dibagian dalamnya, selain itu diperlukan batu-batu permukaannya
datar agar bisa disusun rapi.
B.
Pola Permainan Pecah Piring
Adapun pola maupun
bentuk permainan pecah piring ini adalah;
a.
Jumlah
keseluruhan peserta harus genap agar dapat dibagi rata ke dalam dua kelompok.
b.
Sebelum bermain
jumlah batu biasanya disesuaikan dengan kesepakatan di kedua kelompok.
c.
Dua orang
pemimpin kelompok dipilih berdasarkan kemampuannya yang dianggap hebat bermain
pecah-pecah piring. Kedua pemimpin inilah yang akan memilih anggota
kelompoknya.
d.
Sistematika
permainnya unik, kedua kelompok terlebih dahulu menyusun keseluruhan batu yang
berada di dalam sebuah persegi sebagai tempat batu-batu akan disusun, sementara
kotak tersebut bisa dibuat dengan menggunakan kapur tulis.
e.
Kemudian
dilanjutkan dengan penentuan kelompok mana yang akan bermain sebagai penyerang
(njahat) dan yang diserang (burju).
f.
Kelompok burju
melemparkan bola hingga batu-batu yang disusun tadi kembali berantakan. Dan
tugasnya adalah kembali menyusun batu-batu seperti sediakala seraya menghindari
tubuh terkena lemparan bola dari kelompok njahat.
g.
Kelompok njahat
bertugas untuk menjaga batu-batu agar tidak selesai disusun kembali oleh
kelompok burju. Kelompok njahat juga bertugas untuk menyerang kelompok burju
dengan cara melemparkan bola sehingga mengenai kelompok burju.
h.
Bila semua
kelompok burju terkena lemparan bola sebelum keseluruhan batu-batu tersusun,
maka permainan usai dan kelompok njahat menjadi pemenang. Sebaliknya bila semua
batu tersusun oleh kelompok burju maka mereka yang menjadi pemenang.
i.
Peraturan
Permainan Pecah Piring.
Dalam setiap permainan selalu ada peraturan agar ketika permainan
tersebut berlangsung kedua tim bisa bermain dengan sportif, dalam permainan
pecah piring peraturan bisa ditentukan dengan mematuhi peraturan tetap dan
tambahan.
a.
Peraturan tetap
adalah peraturan yang sudah turun temurun semenjak permainan ini ada, seperti;
b.
Tidak boleh
memegang bola dengan tangan (bagi team/kelompok yang sedang bermain).
c.
Tidak
diperbolehkan lari terlalu jauh dari batas lapangan (bagi team/kelompok yang
sedang bermain).
d.
Peraturan
tambahan lebih kepada persetujuan aturan dikedua belah pihak, misalnya;
e.
Tidak boleh
menendang bola.
f.
Bagian yang
terkena hanya dari area pinggang hingga kepala.
g.
Jika jumlah
pemainnya banyak, lebar lapangan dapat di perluas.
Contoh : bila seorang pemain memiliki ruang gerak 2
meter, dan jumlah keseluruhan pemain ada 10 orang, maka luas lapangannya
diperkirakan 20 meter.
C.
Pengertian Permainan Tradisional
Permainan tradisonal merupakan
simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun dan mempunyai bermacam-macam
fungsi atau pesan di baliknya, di mana pada prinsipnya permainan anak tetap
merupakan permainan anak. Dengan demikian bentuk atau wujudnya tetap
menyenangkan dan menggembirakan anak karena tujuannya sebagai media permainan.
Aktivitas permainan yang dapat mengembangkan aspek-aspek psikologis anak dapat
dijadikan sarana belajar sebagai persiapan menuju dunia orang dewasa.
Permaianan digunakan sebagai istilah luas yang mencakup jangkauan kegiatan dan
prilaku yang luas serta mungkin bertindak sebagai ragam tujuan yang sesuai
dengan usia anak. Menurut Pellegrini dalam Naville Bennet bahwa permainan didefinisikan menurut tiga
matra sebagai berikut: (1) Permainan sebagai kecendrungan, (2) Permainan
sebagai konteks, dan (3) Permainan sebagai prilaku yang dapat diamati.
Menurut Mulyadi bermain secara umum
sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan yang
terdapat lima pengertian bermain; (1) sesuatu yang menyenangkan dan memiliki
nilai intrinsik pada anak (2) tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya
lebih bersifat intrinsik (3) bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur
keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak serta melibatkan peran aktif
keikutsertaan anak, dan (4) memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan
seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar
bahasa, perkembangan sosial.
Permainan tradisonal merupakan
simbolisasi dari pengetahuan yang turun temurun dan mempunyai bermacam-macam
fungsi atau pesan di baliknya, di mana pada prinsipnya permainan anak tetap
merupakan permainan anak.Dengan demikian bentuk atau wujudnya tetap
menyenangkan dan menggembirakan anak karena tujuannya sebagai media
permainan.Aktivitas permainan yang dapat mengembangkan aspek-aspek psikologis
anak dapat dijadikan sarana belajar sebagai persiapan menuju dunia orang
dewasa.
D.
Permainan Tradisional dan Perkembangannya
Permainan tradisional anak adalah
salah satu bentuk folklore yang berupa
yang beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk
tradisional dan diwarisi turun temurun,
serta banyak mempunyai variasi. Oleh karena
termasuk folklore, maka sifat atau ciri dari permainan tradisional anak
sudah tua usianya, tidak diketahui
asal-usulnya, siapa penciptanya dan dari mana asalnya. Permainan tradisional biasanya disebarkan
dari mulut ke mulut dan kadangkadang mengalami perubahan nama atau bentuk meskipun dasarnya sama. Jika dilihat dari akar katanya, permainan
tradisional tidak lain adalah kegiatan yang
diatur oleh suatu peraturan permainan
yang merupakan pewarisan dari generasi
terdahulu yang dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan mendapat kegembiraan (James Danandjaja dalam Misbach,
2007). Menurut Sukirman (2004),
permainan tradisional anak merupakan
unsur kebudayaan, karena mampu memberi
pengaruh terhadap perkembangan kejiwaan,
sifat, dan kehidupan sosial anak. Permainan tradisional anak ini juga
dianggap sebagai salah satu unsur
kebudayaan yang memberi ciri khas pada
suatu kebudayaan tertentu. Oleh karena itu, permainan tradisional merupakan
aset budaya, yaitu modal bagi suatu masyarakat untuk mempertahankan eksistensi
dan identitasnya di tengah masyarakat lain.
Permainan tradisonal bisa
bertahan atau dipertahankan karena pada
umumnya mengandung unsur-unsur budaya
dan nilai-nilai moral yang tinggi, seperti: kejujuran, kecakapan,
solidaritas, kesatuan dan persatuan, keterampilan dan keberanian. Sehingga,
dapat pula dikatakan bahwa permainan tradisional dapat dijadikan alat pembinaan
nilai budaya pembangunan kebudayaan nasional Indonesia. (Depdikbud, 1996).
Keberadaan permainan tradisional, semakin hari semakin tergeser dengan adanya
permainan modern, seperti video game dan virtual game lainnya. Kehadiran
teknologi pada permainan, di satu pihak mungkin dapat menstimulasi perkembangan
kognitif anak, namun di sisi lain, permainan ini dapat mengkerdilkan potensi
anak untuk berkembang pada aspek lain, dan mungkin tidak disadari hal tersebut
justru menggiring anak untuk mengasingkan diri dari 7 lingkungannya, bahkan
cenderung bertindak kekerasan.
E.
Jenis-jenis Permainan Tradisional
Banyak sekali macam-macam permainan tradisional di
Indonesia, hampir di seluruh daerah-daerah telah mengenalnya bahkan pernah
mengalami masa-masa bermain permainan tradisional ketika kecil. Permainan
tradisional perlu dikembangkan lagi karena mengandung banyak unsur manfaat dan
persiapan bagi anak dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Beberapa contoh
permainan tradisional akan dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut :
a.
Galasin
Galah asin atau galasin yang juga sibeut
gobak sodor adalah sejenis permainan daerah asli dari Indonesia. Permainan ini
adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-masing
tim terdiri dari 3 - 5 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar
tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk
meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses
bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.
b.
Congklak
Congklak adalah
suatu jenis permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam nama di
seluruh indonesia. Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang kerang digunakan
sebagai biji congklak dan jika tidak ada, kadangkala digunakan juga biji-bijian
dari tumbuh-tumbuhan.
Di malaysia
permainan ini juga lebih dikenal dengan nama congklak dan istilah ini juga
dikenal di beberapa daerah di Sumatera dengan kebudayaan melayu. Di jawa,
permainan ini lebih dikenal dengan nama dakon. Selain itu di lampung permainan
ini lebih dikenal dengan nama dentuman lamban sedangkan di Sulawesi permainan
ini lebih dikenal dengan nama mokaotan, maggaleceng, aggalacang dan nogarata.
Dalam bahasa Inggris, permainan ini disebut mancala.
c.
Petak Umpet
Permainan ini
bisa dimainkan oleh minimal 2 orang, namun jika semakin banyak yang bermain
maka akan menjadi semakin seru. Cara bermain cukup mudah, dimulai dengan
hompimpa untuk menentukan siapa yang menjadi "kucing" (berperan
sebagai pencari teman-temannya yang bersembunyi). Si kucing ini nantinya akan
memejamkan mata atau berbalik sambil berhitung sampai 10, biasanya dia
menghadap tembok, pohon atau apa saja supaya dia tidak melihat teman-temannya
bergerak untuk bersembunyi (tempat jaga ini memiliki sebutan yang berbeda di
setiap daerah, contohnya di beberapa daerah di jakarta ada yang menyebutnya
inglo, di daerah lain menyebutnya bon dan ada juga yang menamai tempat itu
hong).
d.
Gasing
Gasing adalah mainan yang bisa berputar
pada poros dan berkeseimbangan pada suatu titik. Gasing merupakan mainan tertua
yang ditemukan di berbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali. Selain
merupakan mainan anak-anak dan orang dewasa, gasing juga digunakan untuk
berjudi dan ramalan nasib. Sebagian besar gasing dibuat dari kayu, walaupun
sering dibuat dari plastik, atau bahan-bahan lain. Kayu diukir dan dibentuk
hingga menjadi bagian badan gasing. Tali gasing umumnya dibuat dari nilon,
sedangkan tali gasing tradisional dibuat dari kulit pohon. Panjang tali gasing
berbeda-beda bergantung pada panjang lengan orang yang memainkan.
Gerakan
gasing berdasarkan efek giroskopik. Gasing biasanya berputar terhuyung-huyung
untuk beberapa saat hingga interaksi bagian kaki (paksi) dengan permukaan tanah
membuatnya tegak. Setelah gasing berputar tegak untuk sementara waktu, momentum
sudut dan efek giroskopik berkurang sedikit demi sedikit hingga akhirnya bagian
badan terjatuh secara kasar ke permukaan tanah.
e.
Kelereng
Kelereng (atau
dalam bahasa jawa disebut nèkeran) adalah mainan kecil berbentuk bulat yang
terbuat dari kaca, tanah liat, atau agate. Ukuran kelereng sangat
bermacam-macam. Umumnya ½ inci (1.25 cm) dari ujung ke ujung. Kelereng dapat
dimainkan sebagai permainan anak, dan kadang dikoleksi, untuk tujuan nostalgia
dan warnanya yang estetik.
f.
Egrang
Egrang atau jangkungan adalah galah atau
tongkat yang digunakan seseorang agar bisa berdiri dalam jarak tertentu di atas
tanah. Egrang berjalan adalah egrang yang diperlengkapi dengan tangga sebagai
tempat berdiri, atau tali pengikat untuk diikatkan ke kaki, untuk tujuan
berjalan selama naik di atas ketinggian normal. Di dataran banjir maupun pantai
atau tanah labil, bangunan sering dibuat di atas jangkungan untuk melindungi
agar tidak rusak oleh air, gelombang, atau tanah yang bergeser. Jangkungan
telah dibuat selama ratusan tahun.
F.
Dampak Positif Dan Negatif Permainan Tradisional
Kemajuan teknologi telah membawa perubahan dalam berbagai hal termasuk
dalam hal bermain. Perubahan dalam bermain ini lebih mengacu pada game modern
seperti yang digemari anak-anak zaman sekarang. Seiring perubahan tersebut ada
dua dampak pada game modern, yaitu:
a.
Dampak Positif
a)
Dalam game
modern, menang atau kalah tidak menimbulkan perselisihan. Akan tetapi, dalam
permainan tradisional yang lawan mainnya nyata dapat menimbulkan perselisihan,
karena rasa ini lawan yang kalah pada lawan yang menang.
b)
Game modern mampu
membuat anak berpikir kreatif karena game yang ada sangat beragam.
c)
Game modern
dapat membuat pemainnya meningkatkan daya imajinasi dan kreativitas dalam
menyelesaikan permainan.
b.
Dampak Negatif
a)
Seorang anak
yang sudah ketergantungan pada game modern, akan menimbulkan kurangnya rasa
peduli pada sekitar.
b)
Perubahan
perilaku.
c)
Berkurangnya
sikap bekerja sama dan rasa saling berbagi.
d) Menimbulkkan kerusakan pada mata karena terpaku
berjam-jam pada layar.
Dari pernyataan diatas, ada beberapa
solusi untuk mengatasi masalah tersebut agar permainan tradisional tidak hilang
dan atau tidak tergusur oleh game modern yaitu, pelestarian permainan
tradisional dalam dunia pendidikan, melalui pelajaran sekolah, misalnya:
pendidikan olah raga. Guru dapat memadukan permainan tradisional dengan materi
lainnya. Juga penerapan permainan tradisional dengan cara mengadakan perlombaan
baik di dunia pendidikan maupun dunia luar.Kemajuan teknologi telah membawa
perubahan dalam berbagai hal termasuk dalam hal bermain. Perubahan dalam
bermain ini lebih mengacu pada game modern seperti yang digemari anak-anak
zaman sekarang.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Permainan Tradisional Pecah Piring
tidak hanya sekedar permainan yang mengandung kesenangan semata. Namun
permainan tradisional Pecah Piring dapat melatih kemampuan motorik anak, sikap
anak, dan juga ketrampilan anak. Serta dapat membentuk karakter anak yang
luhur.
B.
Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan
mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca
yang budiman dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis
demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan–kesempatan
berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://setiyaraharja.blogspot.com/2013/03/permainan-tradisional-modal-karakter.html20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar